Ending The Perfect World of Miwako Sumida Karya Clarissa Goenawan yang Bikin Saya Kepikiran

Saya berhasilkan menamatkan The Perfect World of Miwako Sumida karya Clarissa Goenawan dalam kurun waktu dua hari, dan bagi saya, hal tersebut adalah penegasan yang cukup kuat soal opini saya mengenai novel itu. Mengantongi dugaan awal bahwa tema yang diangkat adalah misteri, saya melahap cerita tersebut mulai Kamis malam kemarin sebelum akhirnya menyimpulkan bahwa: pertama, saya sukabuku ini jelas berbeda dari novel-novel yang saya baca akhir-akhir ini; kedua, ternyata genre utama yang diusung lebih mengarah ke fiksi psikologis, salah satu genre yang jarang saya pilih tapi biasanya bisa saya nikmati.


The Perfect World of Miwako Sumida sendiri bercerita tentang kisah seorang anak kuliah bernama Miwako Sumida yang baru saja ditemukan gantung diri. Oleh karena itu, cerita di buku ini dituturkan dari tiga sudut pandang orang terdekat Miwako: Ryusei Yanagi, laki-laki yang sangat menyukai Miwako meski cintanya tak pernah diterima; Chie Ohno, sahabat terdekat Miwako sejak sekolah; serta Fumi Yanagi, kakak perempuan Ryusei yang juga sangat dekat dengan Miwako.

Di buku ini, kisah-kisah dan kenangan setiap tokoh dengan Miwako diceritakan dengan alur maju mundur. Bagaimana mereka 'menemukan' Miwako dalam hidup mereka, bagaimana mereka berusaha merelakan kepergian Miwako yang mendadak, dan bagaimana mereka berusaha mencari tahu apa yang sebetulnya terjadi pada gadis itusemuanya diceritakan seperti kepingan puzzle yang saling melengkapi. Dibalut sejumput misteri dan gaya penuturan yang terasa mengalir, buku ini berpusat pada perasaan kehilangan dan penerimaan.


Bagi saya, The Perfect World of Miwako Sumida ini sangat sarat emosi. Meski diceritakan melalui penuturan yang tenang dan bukan dari sudut pandang Miwako sendiri, saya merasa mampu untuk emotionally connect dengan karakter Miwako yang diceritakan dalam lembar-lembar flashback. Tokoh Miwako yang penuh rahasia dibangun dengan sangat kuat oleh memori-memori ketiga sudut pandang di buku ini, dan karena itu, saya bisa lebih mengerti karakter Ryusei, Chie, dan Fumi melalui kedekatan mereka dengan Miwako.

Penokohan yang kuat merupakan salah satu hal terutama yang saya sukai dari buku ini. Narasi Ryusei, Chie, dan Fumi digambarkan dengan sangat bertolak belakang dan menarik. Saya suka backstory setiap tokoh yang berhasil memperkuat karakter mereka. Buat saya, cerita masa lalu ketiga karakter di buku ini diceritakan dengan porsi yang sangat pas dan juga unik meski sejauh ini, karakter yang paling mengejutkan saya (selain Miwako sendiri) adalah Fumi. Dari awal sampai akhir, karakternya betul-betul gak terduga.

Kalau mengenai ceritanya sendiri, menurut saya, penulis sudah berhasil menyusun plotnya dengan sangat rapi dan apik. Istilah-istilah dalam bahasa Jepang dan latar tempat yang diambil juga dideskripsikan dengan sangat baik dan gak cuma 'sekedar lewat'. Hal lain yang sangat saya sukai dari buku ini adalah twistnya. Ada beberapa yang berhasil saya duga-duga dari awal, tapi sebagian besar betul-betul ngagetin banget. Sedikit catatan: ada satu twist cukup penting (di bagian tengah menjelang akhir) yang pada awalnya sempat membuat saya agak ragu, tapi karena pengeksekusian yang baik, pada akhirnya saya merasa twist itu memang 'gila' tapi sangat cocok untuk cerita ini (tebak sendiri ya maksud saya yang mana hihi). Saya malah berakhir suka banget dengan cara twist ini membangun ending buku Miwako.

Meski begitu, saya masih memiliki satu pertanyaan yang belum terjawab. Bagian ini mengandung spoiler. Kalau kalian belum baca buku ini, tolong longkapi. Kalau kalian sudah selesai baca dan merasa bahwa pertanyaan saya sudah terjawab dan saya gak sengaja melewatinya, mohon direvisi: di halaman 250, Fumi sempat melihat sesosok pria (yang ia duga sebagai arwah ayah Miwako) mengikuti Miwako. Begitu akhirnya punya kesempatan untuk memberitahu Miwako, Fumi malah keburu bangun dari tidurnya. Mungkin saja hal ini gak begitu relevan dengan bunuh dirinya Miwako, tapi kenapa ayah Miwako yang sudah lama pergi masih terus mengikuti Miwako? Setelah mendengar beberapa penjelasan Fumi, saya betul-betul penasaran.


Overall, saya sangat menikmati The Perfect World of Miwako Sumida ini, apalagi bahasa terjemahannya mengalir banget dan enak untuk dibaca. Ending buku ini juga berhasil bikin saya kepikiran selama beberapa jam, jadi saya sangat merekomendasikan buku ini untuk teman-teman yang sedang mencari bacaan serupa. Dan last but not the least, saya juga ingin berterima kasih kepada penulis dan penerbit yang memberi saya kesempatan untuk membaca dan mengulas novel ini.

Actual rating: 4.5★