Buku-Buku yang Saya Baca di Gramedia Digital November Ini


Berhubung bulan ini saya berkesempatan untuk menikmati fasilitas Premium Package Gramedia Digital yang terkenal praktis, saya tentu saja berikrar untuk memanfaatkan privilese tersebut sebaik-baiknya. Di tengah kesibukan kantor yang semakin padat, diikuti dengan meningginya mobilitas harian karena jadwal masuk yang sudah rutin, saya dengan lihainya berusaha mencuri-curi waktu untuk bisa tetap membaca.

Hasilnya cukup memuaskan. Saya berhasil mencoret beberapa buku yang sudah lama bertengger di wish list saya dalam hitungan hari. Totalnya, saya berhasil menamatkan tujuh buku bulan ini; semua saya baca di aplikasi yang sama. Sedikit info: kalau belum berlangganan, kalian bisa pakai referral code saya GDXKAILEMRA untuk dapat diskon sebesar 15%.

Di bawah ini saya tulis ulasan singkat tentang buku-buku yang berhasil saya selesaikan di aplikasi Gramedia Digital bulan November ini:

Bercerita tentang April yang sudah satu tahun bekerja di kantor konsultan bidang konstruksi, Progresnya Berapa Persen mengeksplor sisi kehidupan seorang konsultan yang disibukkan dengan tender-tender bejibun dan deadline yang mepet. Dewangga, atau yang biasa dipanggil Pakde oleh anak-anak kantor, adalah manajer teknik super kaku yang gak pernah bisa berhenti menanyakan satu hal yang sama, "Progresnya berapa persen?" sampai-sampai kepala April mau pecah rasanya.

Mengusung tema yang hampir sama dengan embel-embel kerja di konsultan dan trope office romance yang menghibur, sulit untuk gak membandingkan buku ini dengan Resign! karya Almira Bastari yang saya baca tahun lalu. Tapi tentu saja, kedua buku ini gemesin dengan cara yang berbeda. Progresnya Berapa Persen memang gak bikin saya sengakak itu, tapi buku ini terkesan lebih realistis karena jarang ada kebetulan yang terkesan terlalu dibuat-buat. Jalan ceritanya pun ringan dengan ikatan persahabatan yang kental, cocok untuk dibaca one sitting atau saat kalian sedang butuh hiburan.

Actual rating: 3.2

Sebagai bacaan yang mampu diselesaikan dalam 10 menit, buku ini lumayan. Ilustrasinya manis dan hangat, cocok dengan temanya yang mengangkat kisah pertemuan pertama penulis hingga menikah dengan sang istri. Bukan cangkir teh saya, terlalu singkat untuk dikategorikan sebagai graphic novel (menurut saya yang sudah berekspektasi lebih), tapi saya cukup menikmati ilustrasinya yang simpel dan cantik-cantik.

Actual rating: 2.9

"Di keramaian, semua orang bisa jadi cenayang, berbekal asumsi bisa menilai orang yang bukan-bukan. Wajar bukan bila jadi terbawa perasaan?"

Wake Up Sloth merupakan buku ilustrasi yang mengangkat tema kehidupan, kecemasan, dan mimpi. Meskipun tipis, buku ini jelas sarat makna. Buat saya yang seringkali diserang rasa cemas berlebih, Wake Up Sloth terasa sangat dekat dan personal. Dengan ilustrasi yang cantik banget, buku ini mengingatkan saya sekali lagi kalau kecemasan itu justru adalah musuh yang harus kita perangi. 

Saya juga nemuin satu kutipan dari John Lubback yang sangat relatable di buku ini: "Satu hari dalam kecemasan lebih melelahkan daripada seminggu bekerja." Saya merasa seperti tertampar saat sadar betapa betulnya kutipan tersebut. Beratnya tanggungan yang kita rasakan atas nama kecemasan memang gak main-main, dan saya kagum karena penulis mampu merangkumnya dalam ilustrasi dan kalimat yang sangat tepat sasaran.

Actual rating: 4

Salah satu buku romance comedy terkenal yang dulu sekali pernah diangkat ke layar lebar, Confessions of a Shopaholic bercerita tentang Becky si jurnalis keuangan yang ironisnya terjerat masalah keuangan akut. Kegilaannya belanja membuatnya terlilit hutang. Meski begitu, Becky tidak bisa berhenti menggesek kartu kredit. Surat-surat tagihan dari bank tak henti-hentinya muncul, sedangkan niatnya untuk hidup hemat atau memperbesar penghasilan malah gagal terus.

Karya Sophie Kinsella yang satu ini memang sudah cukup lama ada di radar saya. Feeling saya mengatakan, buku ini akan jadi salah satu romcom yang saya suka. Dan ternyata benar aja. Confessions of a Shopaholic betul-betul ringan dan menghibur. Tipe-tipe buku yang sama sekali gak bikin mikir, cukup untuk have fun. Walaupun saya akhirnya geregetan juga dengan gila belanjanya Becky yang sampai akhir cerita kadarnya gak turun-turun, saya gak terlalu mempermasalahkan. Buku ini, dengan karakternya yang bisa dibilang cukup shallow dan sangat gak bertanggung jawab, betul-betul murni untuk hiburan.

Actual rating: 4.3

Penduduk Jakarta, khususnya daerah Pusat dan Selatan, pasti akrab dengan kebijakan ganjil-genap yang sudah berlaku sejak beberapa tahun yang lalu. Ganjil-Genap karya Almira Bastari menceritakan kisah Gala, seorang pejuang ganjil-genap daerah Sudirman, yang baru saja diputuskan oleh pacarnya setelah tiga belas tahun menjalin kasih. Patah hati habis-habisan setelah ditinggalkan Bara, ditambah adiknya yang baru lulus kuliah sudah mau menikah, Gala berniat untuk mencari pengganti Bara secepat mungkin. Bersama sahabatnya Nandi, Sydney, dan Detira, dimulailah petualangan Gala mencari cinta di tengah padatnya jadwal pekerjaan sebagai seorang banker.

Sebagai seseorang yang sangat menikmati buku kedua penulis berjudul Resign!, 100 halaman pertama buku ini agak membuat saya kaget. Ke mana sentilan humor penulis yang sangat khas itu, yang membuat saya merekomendasikan Resign! pada teman-teman saya di kantor? Rupanya kuncinya adalah sabar. Di pertengahan, saya mulai sangat menikmati point of view Gala yang berhasil bikin saya ketawa-ketawa sendiri. Memang gak ada karakter yang berhasil menyihir saya untuk suka banget, tapi secara keseluruhan, saya menikmati pace ceritanya yang cepat dan secuil pembelajaran yang bisa kita dapatkan, apalagi buku ini diakhiri dengan open ending yang menurut saya bagus dan gak dipaksakan.

Actual rating: 3.8

Setelah memiliki segmennya sendiri di acara TV Inggris bernama Morning Coffee, Rebecca Bloomwood merasa hidupnya sudah sempurna. Semua hutang kartu kreditnya sudah lunas, ia menjadi salah satu pakar keuangan terkenal, dan pacarnya Luke tiba-tiba saja mengajaknya untuk pindah ke Amerika. Dengan tagihan-tagihan baru yang nilainya lebih fantastis, buku ini pun menceritakan petualangan Becky di Manhattan berikut kesempatannya untuk menjadi bintang di stasiun televisi Los Angeles, sebelum sebuah musibah besar terjadi dan Becky tiba-tiba saja nyaris kehilangan semuanya.

Kembali melanjutkan kisah Becky dan kartu kreditnya, saya merasa cukup terhibur dengan kegila-belanja-an Becky yang semakin menjadi-jadi di buku ini. Saya paham, kalau berekspektasi akan menemukan character development, kalian pasti akan kecewa. Becky masih delusional, suka bohong, dan jelas-jelas merupakan tokoh utama yang anti hero. Tapi justru aspek inilah yang bikin baca buku ini seru. Isi kepala Becky yang nyeleneh jelas menghibur banget (meskipun kadang saya ikutan stres pas lihat seberapa addictednya Becky sama yang namanya toko dan mesin kasir).

Actual rating: 4

Shopaholic Ties The Knot bercerita tentang Becky yang kini sudah beralih profesi menjadi seorang personal shopper yang sukses. Di tengah-tengah sibuknya pekerjaan dan persiapan pernikahan sahabatnya, Becky akhirnya sukses dilamar oleh pacarnya Luke setelah hampir satu tahun tinggal bersama di New York. Sialnya, menyiapkan pernikahan ternyata tidak mudah. Becky harus menyatukan dua ide yang berbeda: impian orang tuanya untuk menikahkan Becky di Oxshott dan keinginan ibu Luke untuk menyelenggarakan pesta pernikahan megah di Plaza.

Tetap menghibur, lucu, dan bikin nagih, buku ketiga dari seri Shopaholic ini ternyata masih berhasil bikin saya ketawa-ketawa sendiri bacanya. Kadar belanja Becky sudah gak separah dua buku sebelumnya, dan perjalanan Becky menjadi seorang calon pengantin ternyata gak mengubah dirinya menjadi lebih bertanggung jawab. Becky masih sangat imajinatif, delusional, dan kadang suka bohong berlebih, tapi jelas, pengalaman membaca seri ini buat saya menjadi semakin asyik karenanya.

 Actual rating: 4.1