Dallegurt: Toko Penjual Mimpi karya Lee Mi Ye—Buku Fantasi Beride Segar

Setelah beberapa bulan absen membaca, perjalanan dinas mendadak yang saya ikuti minggu ini 'memaksa' saya untuk kembali ke kebiasaan lama saya. Dallegurt: Toko Penjual Mimpi karya Lee Mi Ye menjadi buku pertama yang berhasil saya selesaikan setelah sekian lamabesar harapan saya dengan tamatnya buku ini, tamat pula rasa malas membaca yang rasanya sudah menempel cukup lama.

Dallegurt: Toko Penjual Mimpi bercerita tentang seorang karyawan baru bernama Penny di toko penjual mimpi bernama Dallegurt. Dijalani oleh Dallegurt sendiri, toko ini menjual berbagai macam mimpi yang tersebar dalam lima lantai: ada mimpi untuk menjadi orang lain, mimpi bertemu orang yang disukai, mimpi untuk hewan, mimpi tidur siang, dan lain sebagainya. Penny sendiri bertugas untuk menjaga pusat informasi di lantai 1 bersama Bibi Weather.

Salah satu hal yang unik dari toko ini adalah: para pelanggan hanya bisa mengunjungi toko saat mereka terlelap. Asumsi saya, toko ini berada di suatu dunia yang hanya bisa didatangi seseorang lewat alam bawah sadar. Meski begitu, toko ini dan pekerja di dalamnya nyata. Mereka bahkan punya keluarga, kehidupan, dan sistem keuangan serta bank sendiri.


Membaca buku ini mengingatkan saya pada buku School Nurse Ahn Eunyoung karya Chung Serang yang saya baca dua tahun lalu. Dihubungkan dengan benang merah yang sama tanpa ada konflik berarti di dalamnya, setiap bab di kedua buku tersebut lebih terasa seperti cerbung tentang kehidupan para tokohnya ketimbang sebuah novel.

Meski begitu, saya cukup menikmati perjalanan saya membaca Dallegurt: Toko Penjual Mimpi. Dunia yang digubah penulis sangat kental dengan unsur fantasi, membuat saya penasaran dan ingin membaca lebih lanjut. Hal-hal yang terjadi di setiap bab terasa unik dengan ide segar yang belum pernah saya temui sebelumnya. Singkatnya, buku ini jelas-jelas adalah feel-good book.

Walaupun terasa menyenangkan, minimnya konflik membuat saya merasa ada sesuatu yang kurang dari buku ini, sehingga saya sampai pada kesimpulan bahwa Dallegurt: Toko Penjual Mimpi kurang mengembangkan potensinya sendiri. Beberapa hal terasa terlalu singkat dan menggantung. Selama membaca, saya gak merasakan sesuatu yang berbeda selain premis menarik yang belum pernah saya temui sebelumnya.

Secara keseluruhan, saya cukup menikmati Dallegurt: Toko Penjual Mimpi. Karena dikemas dengan latar unik dan ide segar, buku ini jelas mendapat poin plus tersendiri. Bagi para penikmat feel-good book yang lebih menyukai cerita tanpa ada konflik utama, buku ini jelas dapat menjadi pilihan, meski buat saya pribadi, 'greget' dari buku ini kurang terasa.

Actual rating: 3